Minggu, 16 September 2012

SAW


Selama ini, Saw telah terbukti sebagai salah satu film horror yang cukup sukses di pasaran. Dengan memperlihatkan psikopat yang sadis dengan adegan-adegan yang menyeramkan, film Saw berhasil memikat para penggemar film horror. Alasan tersebut mungkin yang membuat Zombie Studio dan Konami berminat untuk mengangkat Saw untuk dijadikan video games.
Yang menjadi masalah, selama ini, sangat jarang sebuah game yang diangkat dari sebuah film yang sukses, juga mengalami kesuksesan yang sama dengan filmnya. Belum lagi fakta bahwa video games telah memiliki seri horror andalan tersendiri, mulai dari Resident Evil series, Silent Hill series, Fear series, dan bahkan “sci-fi horror” seperti Dead Space. Hal ini yang menjadikan banyak pihak sedikit ragu akan Saw: The Video Game ini.
Berbeda dengan yang ada di dalam film, di dalam game, tentu saja tidak cukup hanya menawarkan adegan-adegan sadis untuk membuat sebuah game horror yang baik, walaupun tidak dapat dipungkiri hal tersebut juga menambah nilai tersendiri. Sebuah game horror yang baik juga harus dapat membuat gamer yang memainkan game tersebut merasakan apa yang dirasakan oleh karakter yang mereka mainkan, dengan gameplay dan storyline yang mendukung. Yang menjadi pertanyaan, apakah Saw: The Video Game ini dapat menawarkan semua itu?
Storyline:
Saw: The Video Game dapat dikatakan sebuah sekuel dari film pertamanya dan merupakan prekuel dari Saw II. Mengambil setting waktu diantara kedua film tersebut, dalam game ini kita akan memerankan seorang Detektif bernama Tapp. Apabila kalian merupakan penggemar film Saw tentu akan ingat dengan karakter ini dari film Saw pertama, yang diperankan oleh Danny Glover. Pada akhir film tersebut dikisahkan bahwa Detektif Tapp ditembak di bagian dadanya dan diasumsikan telah tewas. Dan walaupun di beberapa seri diperlihatkan acara penguburan Detektif Tapp yang mengkonfirmasi kematiannya, dalam game ini, Detektif Tapp masih hidup dan masih terobsesi mengejar Jigsaw yang telah membunuh parternya sekaligus menghancurkan hidupnya. Obsesinya untuk menangkap Jigsaw telah membuatnya mengacuhkan keluarganya hingga bercerai dengan istrinya, membuat jiwanya sedikit kacau.
Akan tetapi, alih-alih menangkap Jigsaw, Detektif Tapp justru terperangkap oleh musuh abadinya tersebut. Saat tersadar, Detektif Tapp telah berada di sebuah bekas rumah sakit jiwa yang dikontrol oleh Jigsaw sendiri. Detektif Tapp menjadi salah satu korban yang ditangkap oleh psikopat tersebut. Begitu dia membuka mata, dirinya langsung sadar bahwa di kepalanya telah terpasang sebuah helm jebakan, dimana dia harus segera melepaskan helm tersebut sebelum kepalanya dipecahkan oleh helm tersebut. Tidak beberapa lama kemudian, Detektif Tapp sadar bahwa bukan hanya dia saja yang ditangkap oleh Jigsaw. Sang psikopat itu sendiri mengaku bahwa dia tidak pernah membunuh siapa pun, dia hanya menawarkan permainan dengan berbagai pilihan untuk menyelesaikan permainan tersebut, walaupun pilihan-pilhan dalam permainan tersebut dapat mengakibatkan korbannya melakukan bunuh diri, mutilasi maupun terbunuh oleh permainan.
Salah satu hal yang bagus dalam game ini adalah lisensinya. Hampir semua apa yang ada dalam game ini sama dengan yang terdapat dalam filmnya. Gamer akan melihat Jigsaw melalui TV yang tersebar dalam game ini sambil mengejek serta menjelaskan alasan-alasan mengapa dia menangkap serta menjebak Detektif Tapp. Selama mengelilingi area-area dalam game ini, gamer akan bertemu dengan korban-korban lain yang juga ditangkap dan dijebak oleh Jigsaw. Sebagian dari korban-korban tersebut dapat bekerja sama dengan Detektif Tapp untuk meloloskan diri dari rumah sakit jiwa tersebut, sementara kita akan melihat sebagian besar korban harus tewas dengan tragis oleh jebakan-jebakan permainan Jigsaw.


Storyline dalam game ini dikisahkan cukup baik dan jelas, dengan lisensi yang diberikan, Zombie Studio serta Konami cukup sukses mengadaptasi Saw ke dalam video game. Cutscene-cutscene yang ditampilkan dapat membuat gamer seakan menonton film Saw itu sendiri, begitu juga adegan-adegan yang memperlihatkan ejekan-ejekan Jigsaw kepada Detektif Tapp melalui TV sama seperti adegan dalam filmnya.
Gameplay:
Salah satu hal yang diandalkan dari gameplay Saw: The Video Game adalah Puzzlenya. Sama seperti dalam filmnya, Detektif Tapp harus berusaha memecahkan puzzle-puzzle yang berkaitan dengan untuk menyelamatkan nyawanya. Mulai dari puzzle yang mudah dipecahkan hingga puzzle yang membuat gamer harus melakukan “restrat game” hingga berulang kali, mulai dari mengunlock pintu, menghindari jebakan serta lain-lain. Puzzle ini sendiri langsung ada pada saat permainan baru saja dimulai, dimana gamer harus berusaha melepaskan helm yang dipakaikan Jigsaw di kepala kita sebelum waktu habis, puzzle pertama ini sudah dapat membuat gamer mengulang beberapa kali sebelum berhasil menyelesaikannya. Berikutnya gamer juga harus membuka pintu dengan memasukan nomer kombinasi yang terdapat dalam ruangan tersebut, nomer itu sendiri dapat diperoleh dengan sedikit trik. Beberapa puzzle dalam game ini dapat dikategorikan sebagai mini games.
Tidak beberapa lama, gamer akan menemukan seorang korban lain yang juga ditangkap oleh si Psikopat. Dan gamer harus berusaha bersama-sama untuk membuka pintu yang terkunci dan melanjutkan perjalanan. Dalam perjalanan, Detektif Tapp juga harus berusaha memecahkan puzzle bukan untuk menyelamatkan dirinya sendiri, tapi juga untuk menyelamatkan para korban-korban lain yang juga ditangkap oleh Jigsaw.
Puzzle-puzzle yang ditawarkan dalam Saw: The Video Game ini cukup bervariasi dan menarik, dengan diiringi komentar-komentar dari Jigsaw saat kita berusaha memecahkan puzzle cukup menambah rasa jengkel kita terhadap Psikopat sadis tersebut.
Apabila sebagian dari korban-korban yang ditangkap harus kita bantu untuk membebaskan diri, kita juga harus menghindari dan bahkan menghabisi korban-korban lainnya, hal ini karena Jigsaw telah memberitahukan pada mereka bahwa kunci untuk membebaskan diri mereka tertanam dalam tubuh kita, oleh karena itu dapat ditebak, mereka akan melakukan segala cara untuk mengambil kunci tersebut, walaupun harus membunuh dan memutilasi Detektif Tapp.
Tentu saja Detektif Tapp tidak akan menyerah begitu saja, kita harus melakukan segala cara untuk melawan mereka, sayangnya, combat dalam Saw: The Video Game berbeda halnya dengan puzzle-puzzlenya yang menarik, combat dalam game ini tidak sebaik puzzlenya, bahkan dapat dapat dikatakan cukup buruk bagi sebuah “3rd person game”. Dalam game ini combat didasarkan oleh tiga hal, yaitu “heavy attack”, “light attack” dan “block”. Apabila kita berhasil melakuakan “block” dengan tepat –hal yang cukup sulit dilakukan -, kita dapat melakukan “counter”.
Dalam game ini, Detektif Tapp dapat menggunakan berbagai item yang ada untuk dipakai sebagai senjata, mulai dari tongkat baseball, pipa besi dan lain-lainnya. Sepertinya cukup menarik, namun yang membuat combat dalam game ini buruk adalah, pada saat kiat melakuakan combat akan terasa sangat lambat, baik heavy mapun light attack terasa pelan. Sementara combat dalam Saw: The Video Game ini artinya, siapa yang berhasil lebih dulu menyerang lawan adalah pemenang. Oleh karena itu sering kali kita harus mengulang permainan karena musuh berhasil menyerang kita terlebih dahulu.
Untuk mengahabisi musuh, kita tidak hanya dapat melakukan combat. Yang menarik kita juga dapat membuat beberapa item, seperti bom maupun jebakan untuk musuh-musuh kita. Sayangnya, jebakan-jebakan tersebut kurang berguna, karena tidak adanya pilihan untuk melewati jebakan yang kita buat sendiri, Detektif Tapp seringkali terperangkap sendiri.

Kamera dalam Saw: The Video Game ini mengambil sudut pandang yang mirip dengan yang ada dalam filmnya, dimana gamer akan merasakan suasana mencekam yang dialamai oleh Detektif Tapp melalui “3rd person view”.
Saw: The Video Game sendiri menawarkan dua buah ending yang berbeda, setelah mencoba mendapatkan kedua ending tersebut, rasanya tidak terlalu banyak alasan lagi untuk memainkan game ini, karena gamer sudah akan mengetahui trik-trik untuk memecahkan puzzlenya sementara combat dalam game ini tidak terlalu menarik, kecuali untuk menikmati suasana horror yang harus diakui cukup berhasil ditampilkan oleh game ini.
Grafis:
Grafis dalam Saw: The Video Game cukup baik, walaupun tidak seiindah Resident Evil 5, namun detail rumah sakit jiwa tersebut tampak cukup realistis, efek-efek pecahan kaca dan efek ledakan tampak cukup baik dengan dukungan sedikit PhysX, walaupun efek PhysX dalam game ini tidak sebanyak dalam Batman Arkham Asylum.
Detail karakter juga terlihat cukup baik, walaupun terkadang wajah dari Detektif Tapp tampak sedikit kurang mirip dengan karakter aslinya, serta beberapa animasi, terutama pada saat combat tampak sedikit kaku, demikian juga dengan beberapa objek yang tampak kurang halus.
Saw: The Video Game sendiri menggunakan Unreal Engine, dan detail dari lingkungan sekeliling cukup dapat berhasil menghadirkan suasana menyeramkan di monitor gamer. Dengan tes menggunakan Core 2 Quad @ 2.66Ghz serta single GTX 275, dapat diperoleh 60 FPS dengan menggunakan highest setting @ 1920×1080.

Sound:

Salah satu hal yang paling baik dalam game ini adalah Soundnya. Soundtrack-soundtrack yang mengiringi Detektif Tapp selama permainan cukup berhasil menambah susana menyeramkan yang telah ada, begitu juga dengan suara-suara ledakan dan pecahan kaca yang terdengar cukup realistis.
Voice actor dalam game ini juga cukup baik, terutama suara dari Jigsaw yang diisi oleh Tobin Bell, yang merupakan actor Jigsaw sendiri dalam film Saw.
Penutup:
Saw: The Video Game sepertinya tidak akan meraih kesuksesan yang sama seperti Filmnya sendiri, suasana menyeramkan yang ditawarkan hanya dapat dirasakan melalui detail sekeliling, sistem combat juga tidak terlalu baik. Namun puzzle-puzzle yang menarik, ditambah dengan lisensi yang diperoleh Zombie Studios bersama dengan Konami untuk menghadirkan detail film Saw dalam game ini membuat game ini patut dimainkan oleh para penggemar “survival horror”, terutama penggemar film Saw.


Minimum System Requirements:
  • Processor : Pentium 4 @ 2.4 GHz/AMD Athlon 2.0+ GHz
  • Video Card: NVIDIA GeForce 6600/ATI Radeon X1300
  • Memory : 1 GB
  • Hard Disk: 12 GB Free
  • Operating System: OS: Windows XP/Vista
  • Sound Card: DirectX Compatible
  • Direct X: 9.0c
  • Gameplay: Keyboard and Mouse
  • Installation: DVD Rom Drive
Recommended System Requirements:
  • Processor : Intel Core 2 Duo/AMD Athlon X2
  • Video Card: NVIDIA GeForce 7600/ATI Radeon X1900
  • Memory : 2 GB
  • Hard Disk: 12 GB Free
  • Operating System: Windows XP/Vista
  • Sound Card: DirectX Compatible
  • Direct X: 9.0c or 10
  • Gameplay: Keyboard and Mouse
  • Installation: DVD Rom Drive
Score:
  • Storyline : 8 ( dengan lisensi yang diperoleh Zombie Studios berhasil mengkisahkan Saw: The Video Game dengan cerita lanjutan dari Saw pertama dengan menarik )
  • Gameplay : 7 ( Puzzle yang menarik dan variatif, sayang tidak diiringi dengan sistem combat yang baik )
  • Grafis : 7 ( detail lingkungan tampak cukup indah, sayang beberapa objek dan karakter tampak sedikit detail )
  • Sound : 8.5 ( musik dan voice actor terdengar cukup pas, terutama voice actor dari Jigsaw )
  • Replay Value: 6 ( setelah membuka 2 ending yang berbeda, tidak terlalu banyak lagi yang ditawarkan game ini )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar